Kilas balik masa lalu di sebuah sisi yang berbeda, bergeming. Musabab yang membawa akibat hingga hari ini. Saat kisah persahabatan lama sudah terbilang cukup usang untuk sementara waktu. Sebuah jalinan tali baru kembali mengait dan menyatakan bahwa...kami bukan sahabat, bukan juga keluarga, tidak juga cukup hanya dibilang seperti itu, bukan hanya sekedar itu. Tanpa sadar, ini akan menjadi benang merah yang sama. Benang merah milik saya dan juga benang merah milik mereka.
Kisah yang terlewati bisa saja berbeda, namun seluruh maknanya akan tetap sama. Berisi semua panduan hidup yang pernah Nabi tuliskan sebelumnya, seorang penyair tertiada tara tandingannya bagi saya. Jika kini, pengentahan sering terdengar akan kitabnya, lihat saja sesungguhnya itu tidak akan pernah terbantahkan. Karena tulisan itu, dalam setiap kitab yang kalian yakini itu adalah AKU, KAMU, KAMI, dan segala bentuk ke-aku-an yang terendam namun belum terselami. Ya..itu AKU..itu KAMU...itu benar-benar AKU...benar KAMI adanya.
Orang menyeberangi dunia satu ke dunia lain, dari tanah airnya menuju tanah air orang lain dengan harapnya menjadi lebih baik. Membuka pintu satu dan menutup pintu lainnya. Perjalanan ke masa depan itu ya, bisa saya maklumi tapi perjalanan ke masa lalu, sepertinya ya masih belum bisa saya terima. Jika ada mesin waktu, apa mungkin mengubah masa lalu bisa mengubah masa depan. Bukankah hanya ada penyesalan saja?!
Sampai pada batasan diri. Jika disadari, apakah batasan diri itu ada? Batasan tubuh, ya. Saya pikir Tuhan memberikan kebebasan tak terbatas pada manusia. Waktu dan tubuh lah yang menjadi batas secara kasat mata. Seseorang dalam hidupnya memiliki pencapaian, cita dan dipecah lagi menjadi target. Pada awalnya, menurut mereka target adalah sebuah limit. Begitu banyak percobaan yang dilakukan untuk sampai, hingga akhirnya Tuhan menuntun pada sebuah titik diri ini untuk memilih. Saat memilih untuk menghancurkan block yang ada pada pikiran kita pun akan sampai lagi pada pencapaian selanjutnya. Dan saat itu lah kita berkata "I did break the limit". Untuk sampai ke pencapaian selanjutnya, ada session of grace test, di mana itu adalah sesi untuk kita memilih kembali. Ingat atau "melupakannya". Jika kita berhasil mengingatnya, kembali lagi kita akan memecahkan sesuatu yang sebelumnya kita kenal sebagai sebuah limit. Lalu jika disadari kembali, berapa banyak hal yang menurut kita sebelumnya adalah limit, ternyata itu bukan limit. Hingga akhirnya tua dan mati, itu kembali menjadi pilihan dan kita mengenalnya sebagai LIMIT. Lalu.............................................................................. ~~~~
Kita ini tidak berbatas. Tuhan. Terima kasih.
Regards,
ailupika
Jika benar para leluhur pernah hidup sampai ratusan tahun. Betapa entah beruntung atau tidaknya mereka itu. Alangkah banyak limit yang mereka hancurkan. Semoga mereka bahagia dan menyadari.
Sampai pada batasan diri. Jika disadari, apakah batasan diri itu ada? Batasan tubuh, ya. Saya pikir Tuhan memberikan kebebasan tak terbatas pada manusia. Waktu dan tubuh lah yang menjadi batas secara kasat mata. Seseorang dalam hidupnya memiliki pencapaian, cita dan dipecah lagi menjadi target. Pada awalnya, menurut mereka target adalah sebuah limit. Begitu banyak percobaan yang dilakukan untuk sampai, hingga akhirnya Tuhan menuntun pada sebuah titik diri ini untuk memilih. Saat memilih untuk menghancurkan block yang ada pada pikiran kita pun akan sampai lagi pada pencapaian selanjutnya. Dan saat itu lah kita berkata "I did break the limit". Untuk sampai ke pencapaian selanjutnya, ada session of grace test, di mana itu adalah sesi untuk kita memilih kembali. Ingat atau "melupakannya". Jika kita berhasil mengingatnya, kembali lagi kita akan memecahkan sesuatu yang sebelumnya kita kenal sebagai sebuah limit. Lalu jika disadari kembali, berapa banyak hal yang menurut kita sebelumnya adalah limit, ternyata itu bukan limit. Hingga akhirnya tua dan mati, itu kembali menjadi pilihan dan kita mengenalnya sebagai LIMIT. Lalu.............................................................................. ~~~~
Kita ini tidak berbatas. Tuhan. Terima kasih.
Regards,
ailupika
Jika benar para leluhur pernah hidup sampai ratusan tahun. Betapa entah beruntung atau tidaknya mereka itu. Alangkah banyak limit yang mereka hancurkan. Semoga mereka bahagia dan menyadari.