Mikrokosmos #02


Di Minggu pagi, saya memaksa pikiran untuk terbang mencari inspirasi. Sesuatu atau apalah namanya, jelas saya sangat ingin menulis. Memanaskan jari jemari, kekuatan otak kanan, menciptakan suasana di mana bisa melayang menjemput imajinasi. Saya sebut dia Mengendap.
Bersedimen

Seketika pun muncul sebuah pikiran bahwa manusia benar-benar replika dari alam semesta. Lapisan permukaan bumi yang bersedimen membentuk batuan yang indah, gurat lapis sisi mengagumkan, sebagian sangat berharga malah. Bukan hanya bicara soal batuan sedimen, bukankah semua batuan pun bersedimen, pengerasan karena endapan.

Usaha pasir untuk mengendap terasing dari butirannya yang lain, secara alami menemukan partnernya yang bersedia mengendap bersamanya. Terus berlatih dari tempaan cuaca dan tekanan pasir-pasir baru. Keras, sama seperti hasilnya. Namun, di dalamnya ia menyimpan rahasia dari yang tidak dialami pasir-pasir lainnya. Meskipun ada faktor lain yang menyebabkan berlian berbeda dengan emas. Seperti kasta, alam pun mengkastakan, mensukukan, menggolongkan. Golongan paling istimewa pasti masih ada di bawah sana, karena ia yang paling sabar menahan tekanan dan suhu sangat tinggi.

Dan biarkan ia tetap di sana, karena tanpanya kita pun tak ada. Sebijaknya manusia, ialah yang paling bijak.
Just like Krishna. He eats the world in his mouth.
That is Microcosmos




Regards

ailupika
mungkin itu sebabnya sedimen mirip dengan semedi, dan manusia masih tetap menjadi mikro replika dari alam


Leave a Reply