Choisi | Pilihan


Halooooooo.....

Ketemu lagi :)

Okay, sekarang bahas yang terdengar agak abstrak di blog saya. Saya bilang agak abstrak, karena ini mungkin terdengar sedikit dewasa dan saya selama ini lebih banyak membahas tentang yang kekanak-kanakan. Hahaha. Berhubung kita semua beranjak dewasa, tidak bisa dipungkiri pelajaran ini juga pasti akan didapat. Hap!!

Berawal dari selepasnya saya, dan para sahabat dari latar kependidikan formal, kemudian terpencarnya kami, lalu muncul pandangan berbeda dan jadilah kami sekarang.

Kami, Kita, Kamu, Saya beranjak tua, dewasa itu sifat tapi tua itu mutlak. Pilihan-pilihan pun harus dibuat atau terbuat dengan sendirinya. Bagaimana saat para sahabat pergi dengan cita dan cinta masing-masing? Bagaimana jika orang tua tidak lagi mampu mendorong? Bagaimana jika para guru pun sibuk dengan eksperimen barunya?

Saat kecil, cita dan cinta terasa begitu dekat. Sekarang?! Sepatutnya semakin dekat, karena kita semakin dekat dengan mati. Ya kan! Seharusnya mission accomplished!

Ini yang jadi kata permulaannya PERNIKAHAN. (-___-)
Para sahabat mulai berdiskusi tentang ini belakangan.

"Sebentar lagi gue kan nikah! Gimana nih?"
"Aaaa...H-sekian"
"Aaaa...ga nyangka"

Segelintir kata yang tersaut dari mereka. "Kenapa?" tanya saya.
"Gimana ya kalo udah nikah nanti?"

Ada lagi yang bertanya dengan kalimat lebih formal "Menurut kamu pernikahan itu apa?"

Nikah ya nikah aja. Rasanya sama koq kayak kita sekarang. Maaf! Ini kita pandang dari segi sekedar makhluk biologis. Kenapa bule banyak yang lebih memilih tidak menikah tapi sudah tinggal satu atap? Tapi kalau dipandang dari segi ini pasti akan banyak kontroversi. Pasti!

Kenapa kontroversi itu muncul?

Karena kita hidup dan dibesarkan dari budaya yang sedemikian (budaya timur). Budaya kita banyak tata kramanya, banyak pantangan, banyak mistis, banyak pamali. Tidak bisa disalahkan juga. Karena mindset kita jadi terbentuk demikian. Makanya saya bilang di awal, ini semua PILIHAN.

Kalau dibilang saat sudah menikah gerak jadi terbatas, tergantung menyikapinya. Kalau dibilang saat sudah menikah itu beda lho! nikah itu kan hidup baru. Ah setiap hari juga melek mata itu hidup baru kita. Kemarin ya kemarin. Sekarang ya sekarang. Besok pun menjadi sekarang. Tergantung menyikapinya lagi. Jadi kenapa dibedakan?!

Bedanya kita punya partner yang kita yakini sampai mati akan menyelesaikan misi bersama. Dan saat kita memilih partner yang tidak tepat, nah! ini lah yang bikin berbeda. Karena akan muncul penyesalan-penyesalan. Itu pun masih bisa disikapi. Semua kembali ke management diri.

Pernikahan itu penyatuan 2 kepribadian menjadi satu. Artinya menyatukan 2 cita-cita menjadi satu. Sudah saling terselipkah cita-cita kita? Bukan sekedar cita-cita punya keluarga sakinah, mawadah warohmah. Tapi cita-cita dan mimpi kita sejak dulu. Mulai diselipkan saat masa pacaran atau katakanlah penjajakan. (Agak sensitif lho ya bahas beginian :p).

Kalau dipandang dari segi biologis, kita hidup ya hidup. Butuh teman ya butuh teman. Butuh pemuasan ya butuh pemuasan. Butuh materi ya butuh materi. Terlepas dari makhluk sosial dan moril, asal cita-cita dan mimpi sudah terselip dengan partner dan sudah berjanji menjalani sampai selesai misinya, sah saja hidup bersama, buat tim bersama, punya basecamp bersama, selayaknya sebuah tim lah. Loh ngerjain sendiri emang ga bisa? Bisa!! Makanya ini kan PILIHAN.

Kenapa kita memilih untuk punya partner?

Karena kita takut sendirian. Saat kita tua, siapa yang gotong mayat kita kalau tidak punya anak? Siapa yang urus kita kalau keluarga dan teman pun sudah tidak ada sementara tulang dan otot sudah mulai lunglai? Lalu kalau sudah begitu, bagaimana mimpi kita bisa seterusnya. Sejatinya, ekspetasi manusia akan kehidupan dan mimpi itu sangat besar. Namun kalah dengan pikirannya sendiri.

Karena itu banyak orang memilih punya partner, berhubung hidup di Indonesia di mana saat anak laki campur tinggal dengan anak perempuan tanpa orang tua atau saudara itu pasti jadi sumber gosip sementara cinta dan cita sudah saling terselip dan planning kehidupan sudah tersusun, apa iya gosip membuyarkan semuanya? pengucilan dan sebagainya. Makanya kita menikah, pakai ritual biar terlihat sah, biar terlihat terikat, biar tim tetap solid. Ibaratnya kalau karyawan itu kontrak. KONTRAK MATI malah!

Ah intinya balik lagi ke PILIHAN dan MANAGEMENT DIRI.


Regards

ailupika
Tuhan memberikan kita hak untuk bisa bermain takdir, namun takdir tetaplah takdir, kita hanya bisa bermain dan berputar. Kembali lagi, jadi penonton atau player? PILIHAN







Leave a Reply