Etika (Aristoteles)


Menurut Aristoteles, "bentuk" manusia terdiri atas jiwa, yang mempunyai bagian yang menyerupai tanaman, bagian binatang, dan bagian rasional. Dan kini kita bertanya: bagaimana mestinya kita hidup? Apa yang diperlukan untuk menjalani kehidupan yang baik? Jawabannya: Manusia dapat mencapai kebahagiaan dengan memanfaatkan seluruh kemampuan dan kecakapannya.

Aristoteles berpendapat ada tiga bentuk kebahagiaan. Bentuk pertama kebahagiaan adalah hidup senang dan nikmat. Bentuk kedua adalah menjadi warga negara yang bebas dan bertanggung jawab. Bentuk ketiga adalah menjadi seorang ahli pikir dan filosof.

Aristoteles selanjutnya menekankan bahwa ketiga kriteria itu harus ada pada saat yang sama agar manusia dapat menemukan kebahagiaan dan kepuasan. Dia menolak segala bentuk ketidakseimbangan. Jika dia hidup di zaman ini, dia mungkin akan mengatakan bahwa seseorang yang hanya mengembangkan tubuhnya pasti menjalani kehidupan yang sama tak seimbangnya dengan orang yang hanya memanfaatkan kepalanya. Kedua ekstrem itu merupakan ungkapan dari suatu cara hidup yang tidak sehat.

Hal yang sama berlaku dalam hubungan antarmanusia, di mana Aristoteles mendukung "Jalan Tengah". Kita tidak boleh bersikap pengecut dan tidak pula gegabah, tetapi berani (terlalu sedikit keberanian berarti pengecut, terlalu banyak berarti gegabah), tidak kikir dan tidak pula boros tetapi longgar (tidak cukup longgar berarti kikir, terlalu longgar berarti boros). Hal yang sama berlaku untuk makan. Akan berbahaya kalau kita makan terlalu sedikit, tapi juga berbahaya jika makan terlalu banyak. Etika Plato maupun Aristoteles menggemakan ajaran pengobatan Yunani: hanya dengan menjaga keseimbangan dan kesederhanaan sajalah maka aku dapat mencapai kehidupan yang bahagia atau "selaras".

Disadur dari Buku #DuniaSophie oleh Jostein Gaarder (Aristoteles, Etika : 135)

Regards,

ailupika
Jalan tengah yang kita pikir abu-abu malah

Leave a Reply