Komunikasi


Kembali lagi bersama rasa ingin menuangkan banyak hal, saat kepiawaian bermain kata mulai menukik. Dia bilang, ini bukan dunianya. Dan saya mengakui, ini dunia saya. Kita punya dunia berbeda, baiklah saya hargai, kami saling menghargai.

***

Satu tahun 1 bulan tribut mengajar saya berjalan, dengan target setiap berganti tahun harus ada perbaikan besar alhasil ujian jika saya lanjut kuliah dan ingin naik tingkat berikutnya. Seiring dengan ini, banyak keputusan yang saya ambil. Banyak penguatan dan pembelajaran tentang pengambilan keputusan. Saya bersyukur telah menemukan apa yang saya inginkan.

Buku, teknologi, paper, soal, dan celotehan mereka jadi kehidupan saya kini. Saat ingin menyerah dengan ketidaktahuan, saya ingat, BABY BOOM! kata yang dulu pernah kami bahas sebagai momok dunia yang tidak disadari kebanyakan orang. Belajar dengan sistem pemahaman terhadap sample secara langsung ini menjadi benar-benar pembelajaran di universitas alam semesta ini. Saat referensi berbauran dan para peneliti mencari sample barunya. Buku yang tidak pergi kemana pun. Coret demi coretan pensil, stabilo, pulpen dan semacamnya tertulis dengan percobaan ini itu. Sample per sample diambil untuk menjelaskan BABY BOOM!

Dia benar, mereka sudah sangat banyak terlihat!

Dan saya pikir dia juga benar, bahwa jika belum bisa melakukan banyak untuk dunia, paling tidak yang jadi milikmu dulu diperlakukan sebagai sample yang spesial.

***

Apa yang Anda pikir tentang anak yang piawai bermain gadget dan tidak tahu bermain dengan alam?
1) Dia hebat dan sangat pintar, "anak sekarang hebat-hebat deh! kalah kita yang udah dewasa,  komputer aja malah kita yang diajari anak"
2) Kasian mainnya di kamar terus, ga pernah keluar rumah, "jaman kita dulu mah main layangan, nangkep capung, main kelereng, gambaran, anak-anak sekarang mana?! sepi!"

Dari sample tersebut dulu contohnya. 

Ada yang berpikir, sebaiknya seimbang, mereka diperkenalkan dengan keduanya. Kenyatanya, komentar mengenai keduanya sampai ke telinga anak dan menyebabkan kebingungan pada anak lalu menjadikannya masa bodo. Membuatnya tidak peduli dengan omongan orang. Membuatnya semena-mena melakukan hal yang dia inginkan. 

Kata-kata! Bahasa Tubuh! Intonasi!

Itu yang harus dipikirkan, Bagaimana mengolah kata-kata agar semuanya indah? Bukan kubu mana yang menang. Mengolah kata itu yang benar-benar jadi pekerjaan yang tidak mudah. Rindu syair seindah sastra zaman dulu. Dan kini saya paham, mengapa dulu Nabi membuat semuanya terselubung. 

Regards

ailupika
Belajar komunikasi itu belajar meredam ego
Belajar komunikasi itu belajar bersimpati dan berempati kepada diri sendiri dan rekan bicara
Belajar komunikasi itu belajar "menangkap" arti dari bahasa tubuh rekan bicara
Belajar berkomunikasi itu belajar mengeja A B C B A
Belajar komunikasi itu belajar untuk mengembangkan bawah sadarnya
 -Isal Guntur Saputra-



Leave a Reply