Yak. Selamat Pagi!!!
Di luar masih hujan, lebat bahkan sementara rencana hari ini semoga bisa tetap berjalan.
Baiklah. Apa yang ingin saya ceritakan di pagi yang hujan ini ya?? Hmm.. pastinya sebelum saya menulis sudah ada lintasan sekilat di benak saya. Saya rasa, saya ingin bercerita bagaimana rasanya jadi seorang relawan dan menjalani hidup seperti yang saya tempuh sekarang.
Yap. Saya terbilang sangat baru di bidang ini. Seperti seorang fotografer amatir yang baru punya kamera. Eh, klo dibilang fotografer terlalu hebat kalo baru punya kamera. Okelah, terserah bagaimana kalian memposisikannya. Pokoknya saya freelancer saat ini.
Mulai September usai dan bulan berganti Oktober tahun 2011 lalu, hidup saya mulai berubah karena sebuah kenekatan. Hihi. Saya keluar dari tempat kerja saya, yang notabene sebuah stasiun TV. Karena saya melihat media saat ini terlalu keras dan terlalu membuat orang menjadi terlalu bereuforia dan membuat saya merasa sesak karena terikat. Saya urungkan keinginan saya untuk bisa belajar banyak di perusahaan media tersebut saat itu, mungkin ada kesempatan yang lebih menyenangkan untuk saya belajar banyak tentang media.
Memang saat itu bulan puasa, dan saya seorang muslim dan kalian tau apa? Target saya memang keluar dari sana dan berleha-leha di bulan puasa itu. Hihi. Dan Abrakadabra!! Terkabuuulll...
Satu bulan persis saya menganggur, ada rasa khawatir akan hidup saya kedepan. Apakah saya akan menyusahkan orang tua saya. Uang bekal sisa gaji dan tabungan bisa bertahan sampai kapan kalau begini. Untung saja saya ingat, kalo punya satu tujuan itu fokus sama tujuannya saja, bukan menganggap setiap kejadian itu adalah proses, karena bisa jadi itu adalah godaan. Yah, karena saya yakin itu hanya melemahkan saya, saya pilih untuk menepisnya. Di bulan itu, saya luntang lantung mencari LSM yang siap menampung saya. Seorang amatir yang mau sok sokan jadi seorang sosial sejati. Hmm.. syukurnya, saat itu saya memang masih memegang satu pekerjaan saya jadi seorang helper untuk sebuah web.
Sebulan itu, saya coba dan saya menguatkan idealis saya bahwa pasti ada jalan sampai ke tempat di mana saya bisa belajar banyak hal untuk mimpi saya. Saya sempat datang ke sekretariat PKBI (Persatuan Keluarga Berencana Indonesia), masuk ke CMM (Centra Mitra Muda)nya, merasakan siaran di sebuah radio, meskipun tidak lama. Di saat yang bersamaan pula, di bulan yang sama, sebuah rumah singgah kembali menggerakan saya untuk bisa bergabung menjadi tenaga pengajar di sana. Rumah singgah yang dulu pernah menjadikan saya kakak pendamping dalam Event Jambore Sahabat Anak. Masih di bulan yang sama, saya juga memutuskan untuk membantu sebuah yayasan anak cacat di Cileungsi untuk menjalankan program CSRnya yaitu, mengajar anak desa sekitar.
Sudah, ketiganya saya jalani, sambil saya iseng mengirim lamaran saat saya sudah merasa mantap jadi seorang guru SD. Berbagai macam lamaran, dari mulai guru bimbel, guru playground, guru SD sekolah islam saya tolak atas pertimbangan, saya masih harus mengajar di tempat tersebut.
Tau apa yang saya pikir ketika saya memutuskan untuk mengajar? Pasti tidak, iya ini mau saya beritahu. Sejak dulu saya terbilang sangat anti untuk bisa bicara di depan umum. Ini saya jadikan motivasi untuk bilang bahwa saya bisa. Lalu, saya tau saya bukan orang yang berlatar belakang seorang pengajar. Sempat saya dilema memutuskan ini dan bertanya sana sini atas keputusan saya menjadi pengajar. Sampai saya merasa, bahwa mengajar itu berbagi, mengajar itu bercerita, mengajar itu bermain. Dan saya tau, saya mengajar karena hati saya yang memanggil.
Sudah berjalan hampir 5 bulan. Rasanya kadang terasa sesak, karena uang yang saya punya tidak sebanyak yang mereka dapat. Makan seadanya, menikmati apa pun yang ada di depan mata padahal ingin ini itu. Haha. Namun saya yakin, Tuhan tidak membiarkan saya kesulitan dan saya pahami, ini jalan untuk mengontrol nafsu di antara euforia kota besar. Selalu ada sisa uang sesedikit apa pun untuk ditabung. Rasanya, jadi sudah terbiasa. Kadang merasa bersalah kalo yang saya ajar tidak mengerti apa yang saya jelaskan. Kadang merasa semangat, sampai mencari segala macam tutorial kemana-mana. Kadang bosan, Kadang down jika harus mendengar mereka mengulang pelajaran, kadang harus berkorban untuk memberikan sedikit reward, kadang kadang kadang...ya kadang, dan semua kadang itu harus menjadi makanan saya untuk terus belajar tentang orang-orang, hidup, diri sendiri dan Tuhan. Semua rasa masih berubah-ubah. Saya harap, saya masih punya rasa yang sama saat awal itu pada mimpi saya yang satu itu juga yang lainnya.
Regards
ailupika
Menjadi volunteer itu menjadikan saya belajar banyak hal tentang orang-orang, hidup, diri sendiri dan Tuhan.