Aqyloteodhrena


Jumat, 18 November pukul 03.03 pagi.
Pagi ini saya terbangun dari tidur yang gelisah sejak malam tadi. Saya bangun dengan rasa enggan, tapi kalau tidur lagi juga tidak bisa. Akhirnya saya buka ponsel dan tertarik akan satu hal, saya langsung cek di inet dan BOOM!! *lebay*, saya benar-benar tidak bisa tidur lagi, mungkin setelah menulis baru akan sedikit muncul rasa kantuk.


Cerbung Shou's Note
Secuil Kejujuran #01

Suatu hari, di negeri yang antah berantah, hidup sebuah keluarga. Keluarga kecil namun mereka berkecukupan. Sebelum sang ayah dan sang ibu menikah, mereka berjanji pada Sang Hyang Widi untuk bisa saling menjaga kehidupan mereka dengan kejujuran. "Jika kejujuran itu sudah menghilang, maka kalian akan mulai merasakan nikmatnya berbohong, tanpa kalian sadari, kalian akan menghancurkan hidup bahagia kalian sendiri" Begitu Sang Hyang menjawab.

Selama 10 tahun mereka hidup harmonis, mereka memiliki anak-anak. Karena kerja keras sang ayah dan kesabaran sang ibu, kehidupan mereka merangkak naik dari tidak punya sama sekali, menjadi dapat dikatakan berada. Sang ayah yang bekerja sebagai awak istana, sekalipun hanya seorang kusir membuat mereka mendapatkan fasilitas istana.

Suatu hari, di negeri yang lebih jauh dari negeri antah berantah ini, terdengar sebuah rumor mengenai penyihir wanita yang sangat hebat. Penyihir ini tinggal di dalam sebuah kastil yang dijaga oleh dedalu berduri, seekor naga, prajurit dedemit dan muslihat sihir yang membuat kastil tersebut terselubung. Sang raja dan pangeran terpanggil pun sebagai seorang yang merasa tertantang sebagai seorang ksatria terpancing rumor tersebut dan akhirnya mereka memutuskan untuk berangkat ke sana.

Tibalah peran sang ayah, si kusir kereta kuda raja diangkat menjadi seorang pembawa panji penyampai pesan jika terjadi sesuatu pada pasukan mereka. Sebelum berangkat sang ayah bilang dan berpesan pada sang ibu, bahwa ia akan baik-baik saja. "Ayah tidak akan bertempur, hanya pemegang panji istana dan penyampai pesan jadi ayah ada di barisan belakang, ibu tidak perlu khawatir".

Hari keberangkatan menuju kastil penyihir wanita jahat itu pun tiba. Siap lah beberapa pasukan untuk melihat tentang kebenaran rumor akan adanya kastil yang dijaga oleh dedalu raksasa berduri itu. Sampai di sebuah hutan, pasukan mereka memasuki kabut tebal yang sama sekali tidak terasa dingin. Mereka malah merasa hangat. Namun, tidak satu pun makhluk hidup terlihat sekali pun ada hutan senyaman ini. Sang raja dan pangeran pun menyadari, "Kita sudah masuk ke dalam daerahnya, Ayah"

Sang ayah, alias si pemegang panji pun menelan ludah karena merasakan hal yang sama. Ia merinding sekalipun hutan itu begitu hangat. Seiring dengan perjalanan mereka memasuki hutan. Mereka menemukan sebuah sungai dan memutuskan untuk berhenti. Para pasukan langsung saja meluruskan kaki dari perjalanan panjang mereka. Sang Ayah pun langsung saja mendekati sungai dan menyeruput air yang jernih itu. Tiba-tiba,

"Tunggu, jangan diminum. Siapa tau itu muslihat dari penyihir?!" Teriak sang pangeran, namun terlanjur si pemegang panji itu sudah menelan air tersebut. Beberapa orang lainnya juga begitu. Setelah itu, muncul riak dari air tersebut dan tanah pun bergetar. Sang raja dan pangeran berusaha untuk melindungi pasukannya dengan berteriak, "Mundur!!"

Tidak dinyana, ternyata bukan kutukan atau jebakan, malah seorang dewa. Dewi air tepatnya. Aqyloteodhrena. Mereka pun menundukan kepala dan memujanya. "Avalokiteshvara!" teriak mereka sebagai penghormatan bangsa antah berantah mereka.

"Ada apa kalian ingin menyeberangi sungai ini? Aku telah menjaga perbatasan ini demi umat manusia di luar sana" tanya sang Dewi.

"Dewi, kami ingin mengetahui rumor penyihir wanita yang ada di balik sungai yang Dewi jaga" jawab pangeran.

"Tidak ada yang boleh melewati perbatasan ini, sesungguhnya aku telah menjaga kalian dari apa pun yang jahat yang ingin masuk ke dalam tempat aman kalian" tegas Aqyloteodhrena.

"Dewi, aku telah berjanji sejak sekian lama untuk menjaga rakyatku dari segala macam kejahatan di luar sana. Kita pernah berkomitemen juga dahulu, bukan? apa kau ragu akan kemampuanku setelah sekian lama aku persembahkan kemenangan untuk para dewa?" sang raja pun mulai meyakinkan Sang Dewi.

"Ketahuilah wahai Raja Etheon anak dari Raja Methodore keturunan para raja terdahulu, sesungguhnya kemenangan kalian tidak berarti apa pun bagi kami" tentang Aqylotoedhrena.

"Kami sangat mengerti Dewi. Lalu mengapa kini kau begitu khawatir? Mengapa kau hadir saat kami sampai sejauh ini? Mengapa tidak mencegah kami saat kami melalui sungai sebelumnya? Para dewa pasti punya rencana" kata Raja Etheon.

"Baiklah, Etheon. Aku tidak ingin kau menjadi seorang pengingkar. Aku telah melihat kejayaanmu membawa kerajaanmu hingga sejauh ini. Tapi aku sudah peringatkan, mereka yang di luar sana bisa menghancurkan kejujuran yang telah kalian bangun sejak dulu" kata Aqyloteodhrena.

"Jika kau yakin telah menanamkan kejujuran hingga ke akar budaya rakyatmu, maka kau boleh pergi, tapi bukan untuk kesombongan. Aku buka kan jalan. Semoga kembali dengan selamat, kami para dewa hanya memberikan kebebasan kalian untuk memilih atas peringatan-peringatan kami" sambung Sang Dewi.

Akhirnya mereka pun meneruskan perjalanan dan Aqyloteodhrena pun membekali mereka dengan Elendil. Sebuah kristal kejujuran sebagai penolong mereka.

To Be Continued...

Regards,

ailupika
karena inspirasi itu datangnya tiba-tiba.
Ini kreatifitas yang fiksi, maaf jika ada kesamaan nama namun perbedaan makna.

Leave a Reply