Untuk kali pertamanya, setelah sekian lama aku tidak pernah dapat mengingat mimpi yang aku alami seperti waktu dulu. Malam itu, aku mengingatnya jelas. Aku senang karena kembali dapat mengingat mimpi. Tidak tau kenapa. Aku hanya berpikir, jika aku bisa mengingat mimpi artinya Tuhan masih memperhatikanku dalam tidur. Seburuk apa pun mimpinya, aku tidak peduli. Sekhawatir apa pun aku dibuatnya.
Pagi itu, aku dibuatnya gemetar. Aku dibuatnya berpikir setelah semalam berputar-putar. Ketika aku sadar itu hanya mimpi. Sejak dulu, entah kenapa aku selalu terkait dengan orang-orang yang katanya bisa membaca mimpi. Yang notabene ada benarnya. Sedikit pembicaraan waktu dulu membuat aku bisa mengait-ngaitkan sedikit arti mimpiku. Saat kembali dari pembaringan, dengan napas tersengal dan kebingungan pun jemariku bergidik. Hal pertama yang aku lakukan hanya memandang langit-langit kamar sambil memulai memaknainya. Aku salah. Dan aku merasakannya.
Aku serakah. Aku terburu-buru mengambil keputusan. Aku belum siap untuk berada di tempat tertinggi, tapi aku memaksakannya dan akhirnya aku hanya menyesal berada sendirian di sana. Tak pernah ku dengar orang lain. Sekali pun mungkin itu benar. Mereka suruh aku memutar jalan untuk bisa sampai di atas, tapi aku ngotot menggunakan jalan tercepat karena nafsu. Dan aku merasakan akibatnya. Aku takut sekali karena aku tau itu kecerobohanku. Aku tidak bisa pulang, aku terus khawatir karena semakin larut tapi jalan untuk kembali tak kunjung terbuka. Bahkan tak ada seorang pun yang bisa aku tanyai sekalipun ramai. Lalu aku tau, aku diberi kesempatan mencari jalan itu saat aku bangun, saat aku membuka mata dengan ketakutan dan kesadaran. Itulah realita kehidupan. Ketika mataku terbuka, baru saja aku sadari, itulah pintu yang akan membuatku meniti kembali segalanya dan kembali ke rumah.
Terima kasih Tuhan...