Seri Percikan
#05. Titik temu yang sempat hilang
Langkahku masih kuputuskan untuk berhenti sejenak dan merenungkan semua yang akan aku lakukan seminggu ke depan. Hari ini keputusan untuk mencoba mengeksplor dunia jurnalistik sepertinya sudah terbuka, seorang yang pernah menjadi teman bicaraku membuka jalanku kembali dan aku percaya seiring dengan berjalannya hal ini, cita-cita dan harapanku juga semakin terbuka. Sebuah mimpi indah yang aku idam-idamkan dan sempat aku impikan bersama sahabat-sahabat gilaku. Meskipun selalu tersandung saat berusaha untuk mewujudkannya, tetapi kini aku benar-benar mengenali apa yang aku inginkan dan apa yang aku butuhkan. Sungguh aku tak ingin menyerah.
Dari hari ke hari godaan selalu menghampiriku, godaan untuk mengubah kembali mimpiku.
Jam 09.29
Teringat pada zaman kuliah, saat aku suka nonton teater hanya dengan diriku sendiri. Mengagumi lenggak lenggok tubuh sang aktor, teriakan yang menjiwai dan mengekspresikan sebuah tulisan skenario dalam sebuah sandiwara. Aku menghubungi salah seorang teman, entah mengapa aku teringat padanya dan langsung saja aku sms.
"The, ada info theater ga?" uthe namanya.
aku menunggu balasan darinya, dan benar saja dia tau dimana aku bisa menonton. Tapi sayangnya, tiketnya mahal.
"Yah, mahal the..ntar aja dah"
Sms..sms..membuat kami bicara banyak hal soal keinginan kami. Jurnalis, ya Jurnalis. Sejak dulu kami tergila gila menjadi seorang jurnalis, sebenarnya bukan itu, tapi lebih kepada rasa penasaran kepada semua yang ada di dunia ini, sehingga kami mendefinisikannya kalau menjadi seorang jurnalis pasti bisa tau banyak hal, meskipun setelah aku sadari tidak begitu juga sih. Tapi entah kenapa, kami selalu tertarik dengan buku dan tulisan-tulisan. Kemampuan Uthe dalam menulis atau berburu sesuatu lebih baik daripada aku, aku hanya menulis mengalir apa adanya, sementara Uthe, ia mampu mengangkat setiap topik menjadi sebuah tulisan yang menyentuh. Dari sms itulah kami mulai menemukan sebuah titik yang dulu sempat aku lupakan, ya bahwa aku dan dia memiliki kesamaan. Aku tak mau melawan lagi, "baiklah kita akan magang di majalah itu" itu keputusan terakhir kami. Semoga saja.
Kami menyusun rencana dan Boom!!.. mimpi kami mulai jelas kembali. Aku tau ini bisa jadi tempatku belajar dan mengenal jurnalistik jauh lebih baik dari sebelumnya.
Semangaaaaatttt!!!itu yang selalu Uthe katakan.
regards
Kirana Sephiria^^