Seri Percikan
#08. Si Cebol "antara Pasar Rebo dan Cijantung"
Pagi hari, setiap harinya aku melewati jalan yang sama saat aku masih sering ke kampus. Jalan yang tak begitu rawan macet dari tempat tinggalku. Sehingga jadi jalan favorit untuk ku menuju kampus. Setiap pemandangan yang tadinya asing bagiku dan membuat aku takut kesasar, kini tidak lagi. Kalau boleh dikatakan secara kasar, "ini udah daerah jajahan gue". Itu yang kadang orang katakan untuk menunjukkan kesombongan atas suatu daerah yang benar-benar mereka kenal. Haha.. Ga gitu juga kaleeee...
Di jalan, banyak yang bisa aku perhatikan. Mulai dari spanduk partai politik yang berwarna warni, lampu merah yang rusak, rambu lalu lintas yang dicorat-coret, fenomena cor-coran jalan, sampai sebuah pemandangan yang tak pernah lekang dari pandanganku ketika aku melintas di jalan itu. Perempatan yang tidak sempurna, lampu merah yang rusak, membuat para pengendara "pandang memandang jatuh cinta" akhirnya gontok-gontokan karena berebut jalan dan tidak ada yang mau mengalah. Di balik itu, entah ada yang memperhatikan atau pura-pura tidak melihat, seorang cebol selalu berdiri di atas pembatas jalan dan berlagak layaknya seorang polisi yang mengatur lalu lintas.
Pemandangan itu selalu membuat aku bertanya, untuk apa sih?? jujur, aku sempat berpikir kalau dia agak tidak waras, dan aku masih penasaran sebenarnya. Tapi rasa itu hanya sekian detik, lalu menghilang dan aku hanya bilang pada diriku sendiri, "aneh, buat apa coba? kenapa ga cari kerjaan lain?" pertanyaan itu yang selalu terbesit saat aku melintas di jalan itu. Ia hanya menggerakan tangannya, tanda memanggil kendaraan yang ada dihadapannya untuk maju, lalu memutar badan untuk kembali memanggil kendaraan di belakangnya untuk maju, hanya itu itu saja. Dan ia melakukannya hanya di atas sebuah pembatas jalan. Tanpa dia pun lalu lintas tetap akan berjalan seperti itu. Mungkin suatu hari, aku akan tau jawabannya. Antara pasar rebo dan cijantung.
Regards
Kirana Sephiria
u/ si cebol