Ketika Pahit Menjadi Terasa Manis



Seri Percikan
#02. Ketika Pahit Menjadi Terasa Manis



Hari ini, aku bangun pukul 4 pagi lagi. Rasa gelisah terus saja mengobrak abrik pikiranku. Tak tau kenapa, rasanya tak perlu takut tapi kenyataannya ini tidak nyaman. Ketika terbangun, cermin dalam kamar memantulkan bayanganku. Aku mulai mencoba beberapa ekspresi dengan mimik muka dan gerak gerik untuk menghadapi esok hari. Lagi, berpikir yang bukan-bukan. Belum tentu terjadi tapi sudah ada di angan. Aku sih tidak mau mengingatnya, tapi hal itu terus teringat. Kontrak kerjaku diperpanjang satu minggu saja. Itu yang buat aku resah dan itu berarti aku harus terus menjalani aktifitasku yang super sibuk sampai mau muntah itu seminggu lagi. Haaaahhh...rasanya mendidih mendengarnya. Punya pimpinan bukan orang serumpun, rasanya sangat tidak mudah. Awalnya aku pikir ini tantangan dan hal besar dapat aku buat di sana. Tapi lama kelamaan aku merasakan sebuah jeratan. Jeratan ketidak pastian yang mencoba mengikatku untuk bisa berpikir bebas.

Manusia memang serakah. Dan manusia sangat mudah untuk pesimis. Termasuk aku. Entah apakah ini penyerahanku, ataukah hanya sebuah cobaan yang membuat aku harus menentukan sebuah pilihan. Hah,,lagi lagi sebuah pilihan. Mungkin aku berpikir terlalu naif, berharap sesuatu yang lebih dari diriku di sini, aku percaya aku bisa, mungkin saja ini belum saatnya.

Jam 08.00 pagi
aku sampai di rumah Ares, seperti biasa, nasib boncengers selalu harus menunggu karena janji jadwal keberangkatan selalu molor. Hah.. ya sudahlah. Nasib nasib.. haha.. Kami berangkat jam 8.30, sambil membawa gembolan besar dari rumah untuk sebuah perayaan kecil karena aku tidak lagi bergabung bersama dengan staff di tempat kerjaku. Sebenarnya ada sedikit rasa, ini perayaan untuk kebebasanku. haha.. tapi ternyata aku salah. Kenapa??hmm...

Jam 12.00
penggantiku masih terus belajar. Aku dan Ares harus mendampinginya untuk bisa mengerjakan tanggung jawab atas pekerjaan kami. Seperti yang sudah kami duga sebelumnya, bos besar datang, berpapasan denganku yang baru saja keluar karena harus mengurus sesuatu. Benar saja dugaanku, ia langsung masuk ke office dan aku pun menyusul. Kulihat penggantiku dan Ares berdiri menghadapnya berusaha menjelaskan sesuatu. Dan sebuah keputusan pun dibuat, membuat semua yang aku tidak inginkan luntur seketika. "Kira hari ini terakhir, Ares sampai sabtu ini terakhir" rasanya lega meskipun Ares harus menggantikan aku untuk mengajari pengganti kami.
Aku pikir rasa khawatirku dibayar dengan sebuah kelegaan besar. Tapi ternyata itu salah, masih ada rasa lagi di dalam sini yang belum bisa buat aku merasa benar-benar bahagia. Aku mencoba memahami apa itu. Sambil lalu, aku tetap tinggal di office memperhatikan Ares mengajari pengganti kami. Sementara aku, hanya sekedar menimpali. Dan yang aku sadari, ternyata aku masih banyak yang belum aku bisa di sana. Semua kunci Ares yang pegang. Ya Tuhan sungguh aku masih belum tau apa-apa. Tapi, keputusan itu sudah terlanjur aku buat dan aku harus mencoba jauh lebih baik lagi di kesempatan lainnya. Dan inilah yang sudah aku rancang.

sekitar jam 13.00
kami pergi untuk istirahat, seperti biasa aku terus bersama Ares. Kesana kemari selalu berdua, bermain dari bagian satu ke bagian lain, berhubung kantor kami tidak seberapa besar. Tempat yang sangat membuat kami rindu adalah dapur. Tempat di mana canda tawa kami semua bercampur aduk setiap malamnya. Bertempur tidak karuan, rusuh, tapi kini harus hilang dari keseharianku. Ini yang baru saja aku sadari, ternyata perasaan inilah yang belum aku relakan. Bukan soal masing-masing orangnya, tapi moment di mana kami bekerja bersama, memecahkan masalah bersama, ditambah lagi sebuah bingkai sederhana yang diberikan untukku dan Ares dari rekan kerja kami membuat aku semakin tidak bisa melupakan moment ini. Aku akui, aku kehilangan moment itu, mungkin untuk selamanya. Karena kenangan tinggal kenangan, tidak mungkin terulang di masa yang akan datang.
Sekarang, aku hanya bisa menikmati hari terakhir ku di sini, mencoba melepas semuanya dan berusaha terbahak bersama mereka, tapi masih tidak bisa juga, karena mereka tetap harus menjalani aktifitas kerja seperti biasanya. Dan aku pun tidak boleh terus terpaku, aku pun tetap harus melangkah.

Jam 16.30
detik detik terakhir moment ini akan terasa tidak sama lagi seperti biasanya. Sebuah pesta kecil sepertinya terjadi hari itu, meskipun tidak terkoordinir dengan baik karena kegiatan kami yang masih sama sama sibuk. Makanan dan minuman terakhir yang bisa aku nikmati di moment itu, aku makan bersama dengan Ares, dan rasa berat ini masih terus berlanjut. Entah sampai kapan. Aku mulai nyaman di sana tapi aku tetap harus pergi dan menghantam diriku lagi dengan perjalanan yang memang aku kehendaki.

Jam 17.00
Aku harus melakukan tugas terakhirku, mengantar penggantiku ke tempat partner kerja yang biasa kami ajak bekerja sama. Sekali lagi harus berpamitan dengan teman temanku. Sama saja harus berpamitan dengan moment ini. Pelukan terakhir itu. Jabatan tangan terakhir itu, aku tau itu bukan dengan manusianya, sekali lagi aku bilang. Dengan Moment Ini. Aku lepas semuanya dan, "Sukses ya!!" itu kata terakhir juga.
Dan aku pun berangkat mengantar pengganti kami dan langsung pulang bersama Ares. Resmi sudah aku keluar, meskipun masih ada rasa bersalah dengan Akar, si pengganti kami. Dia itu temanku dan aku harus membebankan tugas ini padanya, entah apakah dia sanggup atau tidak.

Perjalanan pulangku terus saja masih menyimpan rasa tidak rela dan bersalah, tapi kembali lagi aku harus terus melangkah, Akar pun harus terus mencoba, dan Ares harus tetap bertahan sebentar lagi atau beberapa waktu lagi. Dan mereka tetap harus mengalir. Aku tau mungkin aku tak bertanggung jawab tapi ini juga gara gara Ares yang membawa aku masuk ke dalam sana, tapi terima kasih,

"gara gara elo res, gue jadi pinter dan tentunya semakin bijak, tapi suer gue beneran ga suka lama lama di sana bukan karena gue takut"
"Maaf ya res, jadi begini, maaf juga untuk Akar, semoga elo jadi jauh lebih pinter dari gue dan Ares"

Tak kusangka, yang awalnya aku maki kini menjadi rindu. Yang awalnya pahit seketika berubah menjadi terasa manis. Huff hari yang melelahkan dan menyentuh.

Regards
Kirana Sephiria^^

Tulisan untuk
Satria A. Resky

Leave a Reply